an nadaamah

Sabtu, 30 Oktober 2010

1 komentar
Penyesalan…
Kesedihan…
Duhai jiwa yang terdampar
Di pulau asing dan terjerumus di jurang kemaksiatan

Berdiri dan tataplah langit
Tengoklah ke sebelah kanan dan kirimu
Apakah yang belum engkau raih

Bukankah selama ini engkau telah mengenyam berjuta-juta nikmat
Oksigen gratis
Cahaya dan panas matahari cuma-cuma
Air yang terus memancar dari dalam perut bumi
Tanpa perlu kau tukar dengan uang sepeser pun juga

Duduklah dan renungkan
Apa yang selama ini kamu lakukan
Beramal dengan ikhlas ataukah hanya sekedar mencari pujian
Pujian dari manusia dan ketenaran di tengah-tengah mereka

Apakah engkau pernah menghitung
Berapa kali engkau terjatuh dalam maksiat
Secara sadar maupun yang kau anggap perkara
biasa dan sepele, toh banyak orang yang juga melakukannya

Maha suci Allah!!!
Al Quran ada di atas mejamu
Buku-buku agama bertumpuk di sekelilingmu
Alunan suara para qari’ senantiasa terdengar di kanan dan kirimu

Masihkah engkau tak bergeming
Dengan noda-noda hitam di dalam lubuk hatimu
Ranjau-ranjau maksiat itu akan segera membinasakanmu
Sadarilah, apa lagi yang kau tunggu

Apakah kau menunggu malaikat maut
Menjemput dan memaksamu
Ataukah kau telah merasa surga layak untuk
Seorang pecandu maksiat sepertimu

Saudaraku, singsingkan lengan bajumu
Tataplah masa depan
Berharaplah kepada kemurahan Ar Rahman
Marilah kita kembali tunduk kepada-Nya
Mumpung pintu taubat masih terbuka dan memanggil-manggil
Kita yang penuh salah dan dosa

Rasulullah saja, makhluk termulia
Dalam sehari beristighfar 100 kali kepada-Nya
Lalu siapakah kita
Apabila dibandingkan dengan seorang manusia
Paling mulia di atas jagad raya
Seperti beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam

Akankah taubat itu kita tunda-tunda
Jangan, sebab semakin kau tunda
Maka penyesalan itu akan berubah menjadi bencana
Siksaan berlipat ganda di dalam neraka
Sampai si durhaka berkata
Duhai, seandainya aku dulu hanya
menjadi sebongkah tanah saja


:: an-nadaamah/al islami ::

Ketika kita Begitu dekat dengan kematian

Kamis, 28 Oktober 2010

1 komentar
Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin.
Rasa syukur ini aku haturkan kepada Allah azza walla atas segala nikmat2 yang telah Di berikan kepadaku,..
Hari ini aku merasa memaknai bahwa kematian bisa menjemput kita sewaktu-waktu..
“Alloh subhanahu wa ta'ala berfirman, yang artinya: "Setiap yang berjiwa akan
merasakan kematian, dan tidak akan disempurnakan balasan kamu melainkan pada
hari kiamat.
" (QS: Ali Imran: 185).

Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya?” (QS : al mukminun : 80)

Lantas nikmat mana yang masih kita dustakan, Allah masih memberikan kita nikmat hidup yang tidak bisa kita beli dengan apapun. Dengan apa kita akan membalas kebaikan Rabb kita ini? Dengan amal ibadah kita? Belum, belum cukup, amal ibadah yang kita lakukan seumur hidup kita masih belum cukup untuk mengganti nikmat-nikmat Allah yang telah diberikanNya pada kita.

Ibadah saja masih sering tidak khusyuk, masih bolong-bolong, masih banyak yang tidak ikhlas, masih banyak yang tidak sesuai dengan petunjuk Rasulullah.
Ya,.. hari ini aku harus merasa bersyukur, bahkan harus lebih dari yang biasanya…
Tadi siang,ketika kerja, aku bertiga bersama adekku bertugas masang GRC (sejenis boar buat plaffon) di gedung bisip UNS di lantai 3, bayangkan saja tingginya, ketika masang, qadarrullah, kayu pijakan kami patah, Alhamdulillah patah sebelah kiri, andai kanan kami bertiga bakal terjun bebas dari lantai 3.

Itu adalah salah satu kejadian yang mengingatkan kita agar bisa mengambil hikmahnya,
Lalu bagaimana apabila kematian, sesuatu yang Pasti terjadi itu menemui kita? Sudah punya bekalkah kita? Tidak takutkah apabila ternyata kita telah dibungkus dengan kain kafan? Kita udah digotong menuju ke peristirahatan kita di kubur?
Amal ibadah apa yang mau kita jagokan di hari perhitungan nanti? Sudah yakinkah kalo amal ibadah kita lebih bagus?

Simaklah kawan!
Lalu jika kita ingin mati dengan husnul-khotimah dan tanpa su'ul-khotimah, apa
yang harus dilakukan? Simak hadits ini: Dari Ali bin Abu Thalib radhiyAllohu
'anhu dari Nabi shallAllohu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Setiap diri
yang telah dihembuskan nyawanya, maka Alloh telah menentukan tempatnya di surga
atau di neraka" Lalu ada seorang shahabat yang bertanya, " Ya Rasululloh, kalau
begitu apakah tidak sebaiknya kita pasrah pada apa yang telah ditentukan kepada
kita dan kita tidak usah beramal ?" Rasululloh ShallAllohu 'alaihi wa sallam
bersabda, "Beramallah! Masing-masing akan diberikan kemudahan trehadap apa yang
telah diciptakan untuknya. Adapun yang termasuk orang-orang yang bahagia, maka
Alloh akan memudahkannya melakukan amalan orang-orang yang bahagia. dan adapun
yang termasuk orang-orang yang celaka, maka Alloh akan memudahkannya melakukan
amalan orang-orang yang celaka. "Kemudian beliau membaca firman Alloh:
"Adapun orang-orang yang memberikan (hartanya pada jalan Alloh) dan bertaqwa, dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan
baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya
cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami kan menyiapkan
baginya (jalan) yang sukar [QS: Al-Lail: 5-10]"
(HR: Al-Bukhary dan Muslim)

Beramalah dengan disertai ilmu, ikhlaskan ibadah kepada Allah semata, perbanyak tabungan amalmu untuk bekalmu, bisa jadi kita membaca tulisan ini adalah bacaan terakhir kita, Wallahu a’lam.

(di Bumi Allah, Di kamarku, 25 10 2010 – 11.00 PM)

Tentang Teman dan Sahabat

Senin, 18 Oktober 2010

2 komentar
Apabila engkau berada di tengah-tengah suatu kaum maka pililhlah orang-orang yang balk sebagai sahabat, dan janganlah engkau bersahabat dengan orang-orang jahat sehingga engkau akan binasa bersamanya
Ya,.. kalimat diatas ternyata berpengaruh banged di kehidupan.. Teman,.. terlebih Sahabat, dialah orang yang selalu berada di sekitar kita ketika kita ingat atopun tidak,.. tapi hati-hati dalam milih seorang sahabat,.. karna kalau kita salah pilih,.. kita bisa binasa.

Di dalam pergaulannya tersebut seseorang akan memiliki teman, baik itu disekolahnya, di tempat kerjanya ataupun di lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga tidak ditampik lagi bahwa teman merupakan elemen penting yang berpengaruh bagi kehidupan seseorang.

Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh telah mengatur bagaimana adab dan batasan-batasan di dalam pergaulan. Sebab betapa besar dampak yang akan menimpa seseorang akbiat bergaul dengan teman-teman yang jahat dan sebaliknya betapa besar manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang bergaul dengan teman yang shalih.

Banyak di antara manusia yang terjerumus ke dalam lubang kemaksiatan dan kesesatan dikarenakan bergaul dengan teman teman yang jahat dan banyak pula di antara manusia yang mereka mendapatkan hidayah disebabkan bergaul dengan teman-teman yang shalih.
“Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik (shalihah) dan teman yang jahat adalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup api pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya itu atau engkau menibeli darinya atau engkau hanya akan mencium aroma harmznya itu. Sedangkan peniup api tukang besi mungkin akan membakar bajumu atau engkau akan mencium darinya bau yang tidak sedap”. (Riwayat Bukhari, kitab Buyuu’, Fathul Bari 4/323 dan Muslim kitab Albir 4/2026)
Berdasarkan hadits tersebut dapat diambil faedah penting bahwasanya bergaul dengan teman yang shalih mempunyai 2 kemungkinan yang kedua-duanya baik, yaitu:
Kita akan menjadi baik atau kita akan memperoleh kebaikan yang dilakukan teman kita. Sedang bergaul dengan teman yang jahat juga mempunyai 2 kemungkinan yang kedua-duanya jelek, yaitu: Kita akan menjadi jelek atau kita akan ikut memperoleh kejelekan yang dilakukan teman kita.

Bahkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam menjadikan seorang teman sebagai patokan terhadap baik dan buruknya agama seseorang, oleh sebab itu Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam memerintahkan kepada kita agar memilah dan memilih kepada siapa kita bergaul.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
اَلْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.
“Seseorang berada di atas agama temannya, maka hendaknya seseorang di antara kamu melihat kepada siapa dia bergaul.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Hakim dengan Sanad yang saling menguatkan satu dengan yang lain).

Saling menasehati
Merupakan sikap yang diajarkan Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah menjauhi para penyeru bid’ah, dan orang-orang fasik yang terang-terangan menampakkan dan menyerukan kefasikannya ini merupakan salah satu tindakan preventif terhadap bahaya lingkungan pergaulan dan agar umat terhindar dari pengaruh kemaksiatan tersebut.

Seorang teman memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan kita, janganlah ia menyebabkan kita menyesal pada hari kiamat nanti dikarenakan bujuk rayu dan pengaruhnya sehingga kita tergelincir dari jalan yang haq dan terjerumus dalam kemak-siatan.
Renungkanlah baik-baik firman Allah berikut ini:

“Dan ingatlah hari ketika orang-orang zhalim menggigit dua tangannya seraya berkata: Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besar bagiku! Kiranya dulu aku tidak mengambil si fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Quran sesudah Al-Quran itu datang kepadaku. Dan adalah syetan itu tidak mau menolong manusia.” (Al-Furqan: 27-29).
Prinsip menolong teman adalah keinginan untuk menunjukkan dan memberi kebaikan, menjelaskan kebenaran dan tidak menipu serta berbasa-basi dengan mereka dalam urusan agama Allah. Termasuk di dalamnya adalah amar ma'ruf nahi mungkar, meskipun bertentangan dengan keinginan teman.

Adapun mengikuti kemauan teman yang keliru dengan alasan solidaritas, atau berbasa-basi dengan mereka atas nama persahabatan, supaya mereka tidak lari dan meninggalkan kita, maka yang demikian ini bukanlah tuntunan Islam.
Persahabatan yang dijalin karena kepentingan duniawi tidak mungkin bisa langgeng. Bila manfaat duniawi sudah tidak diperoleh biasanya mereka dengan sendirinya berpisah bahkan mungkin saling bermusuhan. Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, mereka akan menjadi saudara yang saling mengasihi dan saling membantu, dan persaudaraan itu tetap akan berlanjut hingga di negeri Akhirat. Allah berfirman, artinya,
"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa." (QS. Az-Zukhruf: 67)
Wallahu a’lam bish shawab.

(Salam Ukhuwah Buat: Akh kristantono, Akh Taqwin, Akh Khalid, Akh taufiq, Akh Mustaqiem, Ustd Aunur Rafiq, Ustad Yunus, Ustadz Jamal … Jazzakumullahu Khairan, Semoga kita semua diberi keistiqomahan di jalan yang Haq yang sesuai dengan Qur’an dan Sunnah bi fahmi salaf…)
(ukhti dyah, ukhti lola, ukhti dara, ukhti pressi, ukhti deanice,… jazzakillah khairan)
Sumber: Al Qur’an, kitab Buyuu’, Fathul Bari dan kitab Albir, Al showah

Amanah dalam Menunaikan Hak Sesama Manusia

0 komentar
Kalau orang mau memperhatikan syariat Islam dan seluruh ajarannya, maka dia akan mendapati bahwa keseluruhannya tidak lain adalah untuk mashlahat dan kebahagiaan manusia. Salah satu perilaku dan pengajaran tertinggi di dalam Islam adalah diwajibkannya sifat amanah, yang ini merupakan perbendaharaan agama Islam, kekayaan yang sangat mendasar dan bahkan agama itu merupakan amanah.
Amanah,… ya sebuah kata yang simple tetapi mengandung makna yang dahsyad.. sejauh mana kita mampu menjaga amanah? Kalau hanya janji di mulut, mungkin semua orang bisa melakukakannya,.. tapi kalo menjaga amanah yang telah diembannya,.. belum tentu,.. bias jadi keadaan sekitar, teman sepergaulan, kesibukan yang berbeda, kecenderungan hati ingin memiliki yang lebih,.. berpotensi mengakibatkan lalai akan amanah..
Akibatnya,.. jelas,.. jikalau amanah itu disematkan sesama manusia, bakal ada yang tersakiti maupun terdzholimi, sangat menyedihkan,..
Bukankah tidak amanah itu adalah sifat dari orang yang munafik?
Tanda-tanda orang munafik ada tiga, “Jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari, dan jika dipercaya berkhianat.

Menjaga amanah.
Dalam konteks perilaku kehidupan sehari-hari amanah memilki arti tumbuhnya sikap untuk memelihara dan menjaga apa saja yang menjadi perjanjian atau tanggungan manusia berupa benda nyata atau yang bersifat maknawi. Hal ini seperti yang ditunjukkan di dalam sabda nabi saw, “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya tentang kepemimpinannya.”

Maka amanah memiliki makna yang sangat luas yang mencakup seluruh hubungan muamalah dan hak-hak pihak lain yang harus ditunaikan
Allah Azza wajalla berfirman, artinya,
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu,mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS. 8:27)
Nha dr Firman Allah diatas tentang pembahasan amanah antar sesamea telah tegas. Bahwa kita dilarang mengkhianati amanah-amanah yang telah dipercayakan kepada kita, karena Amanah adalah bekal paling besar dan paling baik yang dimiliki seseorang, jika seseorang terpercaya di dalam amanahnya maka itu merupakan kekayaan di dunia sebelum nanti di akhirat.
Semoga Allah menolong kita semua untuk dapat melaksanakan amanah kehidupan ini, amin. Wallahu a’lam bish shawab.

Tega-kah meninggalkan Musik, Sandiwara, Lawak, Hiburan TV, Seni Peran???

Jumat, 24 September 2010

0 komentar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh…
Alhamdulillah ini hari ke tiga ana kerja, lumayan capee, tapi khan kerja ibadah, jadi capee un kita tetep dapet pahala, siapa orangnya yang tidak mau coba, udah dapet gaji, pengalaman, dapet pahala pula,… subhanallah,.. Islam begitu mempesona..
Bukan masalah pekerjaan yang ana bahas ini,.. dengan disertai minimnya ilmu yang ana miliki, ana tetep kekeuh ingin mengutarakan tentang hiburan di jaman sekarang (seni music, seni peran, komedi)…
Tidak bias dipungkiri, bahwa hiburan beserta media pengantarnya udah jadi makanan sehari-hari,.. entah di warung, di sekolah, di kantor, tempat kerja, bahkan mungkin di Masjid pun acapkali terdengar musik2…
Sekarang kita meninjau hadits2 yang telah ada…
1. “Artinya : Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan ucapan yang tidak berguna” [Luqman : 6]
Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu bersumpah bahwa yang dimaksud dengan kata lahwul hadits adalah nyanyian atau lagu. Jika lagu tersebut diiringi oleh musik rebab, kecapi, biola, serta gendang, maka kadar keharamannya semakin bertambah. Sebagian ulama bersepakat bahwa nyanyian yang diiringi oleh alat musik hukumnya adalah haram, maka wajib untuk dijauhi.
2. Diriwayatkan bahwa Abdurrahman bin Ghanam berkata : Abu Amir atau Abu Malik Al
Asy'ari Radiyallahu 'anhu telah menceritakan kepadaku bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda, "Di kalangan umatku nanti akan ada suatu kaum yang menghalalkan perzinaan, sutera, khamr dan alat-alat musik."
3. Ibnu Majah di dalam kitab Sunannya mengatakan : Abdullah bin Said telah menceritakan riwayat hadits kepada kami dan Muawiyah bin Shalih, dari Hatim bin Huraits dari Abi Maryam, dari Abdurrahman bin Ghanm Al Asy'ari, dari Abu Malik Al Asy'ari ra bahwa ia berkata : Rasulullah telah bersabda : " Sungguh akan ada manusia-manusia dari umatku yang meminum khamr yang mereka namakan dengan nama lain, kepalanya dipenuhi dengan musik dan penyanyi-penyanyi wanita. Maka Allah akan menenggelamkan mereka ke dalam bumi dan menjadikan di antara mereka aa kera dan babi.' (sanad hadits ini shahih).
4. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda: “Lebih baik rongga seseorang di antara kalian diisi nanah daripada dia memenuhinya dengan sya’ir”.(HR Muslim)
Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadits ini sangat mencela syair dan menghardik orang-orang yang menyibukkan diri dengan syair agar lebih memperhatikan Al-Quran. Padahal dalam sebuah hadits disebutkan bahwa setiap huruf Al-Quran ada sepuluh kebaikan, sehingga sungguh merugi dan celakalah orang-orang yang menghabiskan waktu siang dan malamnya untuk kepentingan nasyid itu.
5. Ibnu Qayyim al jauziyyah dalam kitab Ightsatul lahfan min masyayidisyi dalam bab Pengharaman Musik. Beliau Berkata: “ bagaimana mungkin orang membolehkan apa yang telah dilarang oleh beliau Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam, bahkan beliau menamainya dengan suara pandirdan keji, juga seruling setan. (Hadits Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam dalam Riwayat Tirmidzi, dari ibnu laila dari atha’dari jabir)

Nha cukup lima dulu hujjah yang ana sampaikan, sebetulnya masih cukup banyak,.. sekarang saudara-saudaraku masihkah antum sekalian ingin bermusik??
Bukan saya yang melarang music, tapi dalam ilmu syar’I telah teramat jelas, jadi jika antum sekalian kurang berkenan, jangan cela ana, kalo berkenan dengn argument halalnya ato mungkin mubahnya music menurut antum, silahkan sanggah Hujjah diatas, silahkan lawan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam, silahkan lawan Ibnu Majah, silahkan Lawan Abdullah bin Mas’ud, silahkan debat Ibnu Qayyim, karnea sekali lagi bukan ana yang melarang…

Tidak berhenti disini, bahkan tentang sinetron sandiwara film, drama pun telah muncul fatwanya…
Tanya : Bagaimana hukumnya sandiwara ?

Jawab : Sandiwara, saya katakan tidak boleh karena:
Pertama: Di dalamnya melalaikan orang yang hadir, mereka memperhatikan gerakan-gerakan pemain sandiwara dan mereka senang(tertawa). Di dalamnya mengandung unsur menyia-nyiakan waktu. Orang Islam akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap waktunya. Dia dituntut untuk memelihara dan mengambil faedah dari waktunya, untuk mengamalkan apa-apa yang diridhai oleh Allah Ta'ala, sehingga manfaatnya kembali kepadanya baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana hadits Abu Barzah Al-Aslamy, dia berkata,'Telah bersabda Rasulullah, "Tidak bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga ditanya tentang umurnya, untuk apa dia habiskan. tentang hartanya darimana dia dapatkan, dan untuk apa dia infakkan. tentang badannya untuk apa dia kerahkan. " [Dikeluarkan Imam At Tirmidzi (2417) dan dia menshahihkannya]

Umumnya sandiwara itu dusta. Bisa jadi memberi pengaruh bagi orang yang hadir dan menyaksikan atau memikat perhatian mereka atau bahkan membuat mereka tertawa. Itu bagian dari cerita-cerita khayalan. Sungguh telah ada ancaman dari Rasulullah bagi orang yang berdusta untuk menertawakan manusia dengan ancaman yang keras. Yakni dari Muawiyah bin Haidah bahwasanya Rasulullah bersabda,

"Celaka bagi orang-orang yang berbicara(mengabarkan) sedangkan dia dusta (dalam pembicaraannya) supaya suatu kaum tertawa maka celakalah bagi dia, celakalah bagi dia."[Hadits hasan dikeluarkan oleh Hakim(I/46), Ahmad(V/35) dan At-Tirmidzi(2315).]

Mengiringi hadits ini Syaikh Islam berkata,'Dan sungguh Ibnu Mas'ud berkata,

"Sesungguhnya dusta itu tidak benar baik sungguh-sungguh maupun bercanda."

Adapun apabila dusta itu menimbulkan permusuhan atas kaum muslimin dan membahayakan atas dien tentu lebih keras lagi larangannya. Bagaimanapun pelakunya yang menertawakan suatu kaum dengan kedustaan berhak mendapat hukuman secara syar'i yang bisa menghalangi dari perbuatannya itu. [Majmu Fatawa(32/256)]

(Dinukil dari Edisi Indonesia Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah hal 84-93, Syaikh Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan)

Antum merasa lebih faqih dari Syaikh Fauzan??
Jadi jikalau akal pikiran kita sehat, jernih, Insya Allah kalau udah ngeca hujjah2 yang ana nukil diatas kita akan paham sendiri tentang sikap mana yang kita perbuat…
Jikalau alasan antum untuk menghibur diri, melupakan kesetreesan, menenangkan jiwa, bukankah telah ada obatnya, obat yang sangat mujarab. Al Qur’an…
“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-naik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (Q.S. Al-A’raaf: 204)

Al Quran obatnya,dibaca mendapatkan pahala, di dengarkan juga berpahala, sudah hati tenang, pikiran nyaman, stress hilang berpahala pula,…
So?? What Are u Doing now?? Bermusik bersandiwara ato mentadzaburi Al Qur’an?

Sore ini jam 05.05 PM 22 September 2010.

nikah nikaaaah...

1 komentar
Nikaaah nikah…
Duh, sekarang nee,..ana lagi agak demen banged sama ngebaca atao dengerin kajian tentang hal2 yang berhubungan dengan walimah (heheheeheh udaah kepingin banged keliatane ne, ana menggenapkan separuh dien) mulai dari Ya Allah Izinkan Dia Menjadi Pendampingku – ummu aisyah, Min Munakaraat Al Afrah Wal A’ras – Syaikh bin Baz- Syaikh Sholeh Utsaimin, Taaruf Syar’I dari blog mencari dan mencari, Fiqih Pernikahan – an najiyah, 12 session kajian tentang pernikahan - ahmad sabiq, adaabuz zifaaf – abu haidar, selayang pandang kehidupan rumah tangga – abu umar baasyir, taaruf dulu baru nikah – abu umar baasyir,… keliatan banged ne kalo ngebet pengn lekas nikah..
Padahal telah jelas ya,
Wahai para pemuda! Barang siapa diantara kalian yang telah mampu, maka menikahlah, karena demikian (nikah) itu lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Barang siapa yang belum mampu, maka berpuasalah, karena puasa akan menjadi perisai baginya”. [HR. Al-Bukhoriy (4778), dan Muslim (1400), Abu Dawud (2046), An-Nasa'iy (2246)]

Bener nee mencoba menggapai istana sakinah bener2 begitu membuncah, memang tidak mudah sih,.. tapi kelihatannya juga tidak begitu sesulit yang kita bayangkan kq,…
Apalagi kalo pas di jalan, g sengaja ngeliat ada seorang ayah sambil menggendong bunayya nya sedang yg ibu nya bercadar sambil menganthi anaknya satunya,.. duuuuuuwh bikin pengeeen ….
Kita pasrahkan ke Rabb yang merencanakan segala sesuatu saja, kita manusia hanya bisa ihtiar dan berdoa, bukan kah jodoh kita telah tertulis di lauful mahfudz…
Ya Allah, tuntunlah langkah yang rapuh ini ke istana yang sakinah mawadah warahmah… ya Allah
(semangaaat semangaaaat!!!)
21 septm 2010 10.59 pm

Mengenai Saya

Foto saya
ana adalah hamba Allah yang masih fakir akan Ilmu,..
Diberdayakan oleh Blogger.