Syaikh Bin Baz dan seorang pencuri.

Sabtu, 28 Mei 2011

0 komentar
tauladan seseorang yang berakhlak mulia? tentu kita sangat sering mendengar ato membaca pesona Akhlak dari Rasulullah shalallahu alaihi wassalam,.. dan yg ana sampaikan ini bukan dari beliau,.. tapi dari salah seorang seperti kita, tapi orang ini diberi Karunia Allah berupa Ilmu yang Luas, Akhlak yang mulia, orang yang begitu tawadhu, beliau adalah: al allamah, al mujadid, fadhilatusy syaikh bin baz rahimahullah.

inilah ceritanya.

Syaikh bin Baz dan seorang pencuri!

Salah seorang murid Syaikh ‘Ibn Utsaimin rahimahullah menceritakan kisah ini kepadaku. Dia berkata: “Pada salah satu kajian Syaikh Utsaimin rahimahullah di Masjidil Haram, salah seorang murid beliau bertanya tentang sebuah masalah yang didalamnya ada syubhat, beserta pendapat dari Syaikh Bin Baz rahimahullah tentang masalah tersebut. Maka Syaikh Utsaimin menjawab pertanyaan penanya serta memuji Syaikh bin Baz rahimahullah. Di tengah-tengah mendengar kajian, tiba-tiba ada seorang lelaki dengan jarak kira-kira 30 orang dari arah sampingku kedua matanya mengalirkan air mata dengan deras, dan suara tangisannyapun keras hingga para muridpun mengetahuinya.

Di saat Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah selesai dari kajian, dan majelis sudah sepi aku melihat kepada pemuda yang tadi menangis. Ternyata dai dalam keadaan sedih, dan bersamanya sebuah mushhaf. Akupun lebih mendekat hingga kemudian aku bertanya kepadanya setelah kuucapkan salam: “Bagaimana kabarmu wahai akhi, apa yang membuatmu menangis?”

Maka diapun menjawab dengan bahasa yang mengharukan: “Jazakallahu khairan.” Akupun mengulangi pertanyaanku sekali lagi: “Apa yang membuatmu menangis akhi?” Diapun menjawab dengan tekanan suara yang haru: “Tidak ada apa-apa, sungguh aku telah ingat Syaikh bin Baz, maka akupun menangis.” Kini menjadi jelas bagiku dari penuturannya bahwa dia dari Pakistan, sedang dia mengenakan pakaian orang Saudi.

Dia meneruskan keterangannya: “Dulu aku mempunyai sebuah kisah bersama Syaikh bin Baz rahimahullah, yaitu sepuluh tahun yang lalu aku bekerja sebagai satpam pada salah satu pabrik batu bata di kota Thaif. Suatu ketika datang sebuah surat dari Pakistan kepadaku yang menyatakan bahwa ibuku dalam keadaan kritis, yang mengahruskan operasi untuk penanaman sebuah ginjal. Biaya operasi tersebut membutuhkan tujuh ribu Riyal Saudi (kurang lebih 17,5 juta Rupiah). Jika tidak segera dilaksanakan operasi dalam seminggu, bisa jadi dia akan meninggal. Sedangkan beliau sudah berusia lanjut.

Saat itu, aku tidak memiliki uang selian seribu Riyal, dan aku tidak mendapati orang yang mau memberi atau meminjami uang. Maka akupun meminta kepada perusahaan untuk memberiku pinjaman, Mereka menolak, Aku menangis sepanjang hari. Dia adalah ibu yang telah merawatku dan tidak tidur karena aku.

Pada situasi yang genting tersebut, aku memutuskan untuk mencuri pada salah satu rumah yang bersebelahan dengan perusahaan pada jam dua malam. Beberapa saat setelah aku melompati pagar rumah, aku tidak merasa apa-apa kecuali para polisi tengah menangkap dan melemparkanku ke mobil mereka. Setelah itu duniapun terasa menjadi gelap.

Tiba-tiba, sebelum shalat subuh para polisi mengembalikanku ke rumah yang telah kucuri. Mereka memasukkanku ke sebuah ruangan kemudian pergi. Tiba-tiba ada seorang pemuda yang menghidangkan makanan seraya berkata: “Makanlah, dengan membaca bismillah!” Aku pun tidak mempercayai apa yang tengah kualami. Saat adzan shalat subuh, mereka berkata kepadaku, “Wudhu’lah untuk shalat!” Saat itu rasa takut masih menyelimutiku. Tiba-tiba datang seorang lelaki yang sudah lanjut usia dipapah salah seorang pemuda masuk menemuiku. Kemudian dia memegang tanganku dan mengucapkan salam kepadaku seraya berkata: “Apakah engkau sudah makan?” Akupun menjawab: “Ya, sudah.” Kemudian dia memegang tangan kananku dan membawaku ke masjid bersamanya. Kami shalat subuh. Setelah itu aku melihat lelaki tua yang memegang tanganku tadi duduk di atas kursi di bagian depan masjid, sementara jama’ah shalat dan banyak murid mengitarinya. Kemudian syaikh tersebut memulai berbicara menyampaikan sebuah kajian kepada mereka. Maka akupun meletakkan tanganku di atas kepalaku karena malu dan takut.

Ya, Alloh, apa yang telah aku lakukan? Aku telah mencuri di rumah Syaikh bin Baz rahimahullah. Sebelumnya aku telah mendengar nama beliau, dan beliau telah terkenal di negeri kami, Pakistan.

Setelah Syaikh bin Baz selesai dari kajian, mereka membawaku ke rumah sekali lagi. Syaikh pun memegang tanganku, dan kami sarapan pagi dengan dihadiri oleh banyak pemuda. Syaikh mendudukanku di sisi beliau. Di tengah makan beliau bertanya kepadaku: “Siapakah namamu?” Kujawab: “Murtadho.” Beliau bertanya lagi: “Mengapa engkau mencuri?” Maka aku ceritakan kisah ibuku. Beliau berkata: “Baik, kami akan memberimu 9000 Riyal.” Aku berkata kepada beliau: “Yang dibutuhkan Cuma 7000 Riyal.” Beliau menjawab: “Sisanya untukmu, tetapi jangan lagi mencuri wahai anakku.”

Aku mengambil uang tersebut, dan berterima kasih kepada beliau dan berdoa untuk beliau. Aku pergi ke Pakistan, lalu melakukan operasi untuk ibuku. Alhamdulillah, beliau sembuh. Lima bulan setelah itu, aku kembali ke Saudi, dan langsung mencari keberadaan Syaikh bin Baz rahimahullah. Aku pergi rumah beliau. Aku mengenali beliau dan beliaupun mengenali aku. Kemudian beliaupun bertanya tentang ibuku. Aku berikan 1500 Riyal kepada beliau, dan beliau bertanya, “Apa ini?” Kujawab: “Itu sisanya.” Maka beliau berkata: “Ini untukmu.” Kukatakan: “Wahai Syaikh, saya memiliki permohonan kepada anda.” Maka beliau menjawba: “Apa itu wahai anakku?” Kujawab: “Aku ingin bekerja pada anda sebagai pembantu atau apa saja, aku berharap dari anda wahai Syaikh, janganlah menolak permohonan saya, mudah-mudahan Alloh menjaga anda.” Maka beliau menjawab: “Baiklah.” Akupun bekerja di rumah Syaikh hingga wafat beliau.

Selang beberapa waktu dari pekerjaanku di rumah Syaikh, salah seorang pemuda yang mulazamah kepada beliau memberitahuku tentang kisahku ketika aku melompat ke rumah beliau hendak mencuri di rumah Syaikh. Dia berkata: “Sesungguhnya ketika engkau melompat ke dalam rumah, Syaikh bin Baz saat itu sedang shalat malam, dan beliau mendengar sebuah suara di luar rumah. Maka beliau menekan bel yang beliau gunakan untuk membangunkan keluarga untuk shalat fardhu saja. Maka mereka terbangun semua sebelum waktunya. Mereka merasa heran dengan hal ini. Maka beliau memberitahu bahwa beliau telah mendengar sebuah suara. Kemudian mereka memberi tahu salah seorang menjaga keamanan, lalu dia menghubungi polisi. Mereka datang dengan segera dan menangkapmu. Tatkala Syaikh mengetahui hal ini, beliau bertanya: “Kabar apa?” Mereka menjawab: “Seorang pencuri berusaha masuk, mereka sudah menangkap dan membawanya ke kepolisian.” Maka Syaikhpun berkata sambil marah: “Tidak, tidak, hadirkan dia sekarang dari kepolisian, dia tidak akan mencuri kecuali dia orang yang membutuhkan.”

Maka di sinilah kisah tersebut berakhir. Aku (syaikh Utsaimin Rahimahullah) katakan kepada pemuda tersebut: “Sungguh matahari sudah terbit, seluruh umat ini terasa berat, dan menangisi perpisahan dengan beliau. Berdirilah sekarang, marilah kita shalat dua rakaat dan berdoa untuk Syaikh rahimahullah.

Mudah-mudahan Alloh merahmati Syaikh bin Baz dan Ibnu Utsaimin dan menempatkan keduanya di keluasan surga-Nya. Amiin.



Sumber :http://abuzubair.wordpress.com/2008/03/19/syaikh-bin-baz-dan-seorang-pencuri/



mohon direnungkan, Siapa kita dari mereka?

Mandi, haruskah berwudhu setelahnya?

Minggu, 22 Mei 2011

0 komentar
Bismillah...
Fatwa Syaikh Muhammad bin sholeh al utsaimin -rahimahullah-

السؤال: أيضاً شق السؤال تقول هل الغسل يجزئ عن الوضوء؟

Pertanyaan, “Apakah mandi itu sudah mencukupi sehingga tidak perlu berwudhu?”

الجواب:
الشيخ: الغسل المشروع كغسل الجنابة يجزئ عن الوضوء لأن الله تبارك وتعالى يقول (وإن كنتم جنباً فاطهروا) ولم يذكر وضوءً فالجنابة إذا اغتسل الإنسان عنها أجزأته عن الوضوء وجاز أن يصلي وإن لم يتوضأ

Jawaban Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin, “Mandi yang dituntunkan oleh syariat semisal mandi junub itu sudah mencukupi sehingga tidak perlu berwudhu karena Allah berfirman (yang artinya), “Dan jika kalian dalam keadaan junub maka mandilah” [QS al Maidah:6]. Dalam ayat tersebut Allah tidak menyebutkan adanya kewajiban berwudhu setelah mandi. Sehingga jika seorang itu mandi junub maka itu sudah mencukupinya sehingga tidak perlu berwudhu. Setelah mandi junub, boleh langsung shalat tanpa perlu berwudhu lagi.

وأما إذا كان الغسل غير مشروع كالغسل للتبرد ونحوه فإنه لا يجزئ عن الوضوء لأنه ليس بعبادة.

Adapun mandi yang tidak dituntunkan oleh syariat semisal mandi dalam rangka menyegarkan badan atau semisalnya maka mandi tersebut tidaklah mencukupi sebagai sekaligus pengganti wudhu karena mandi tersebut tersebut bukanlah ibadah”.

Sumber:
http://www.ibnothaimeen.com/all/noor/article_849.shtml

Tentang YUSUF QARDHAWI.

0 komentar
Bismillah...

Fatwa Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al Jibrin no 5377


موضوع الفتوى كتاب كيف نتعامل مع السنة معالم وضوابط

Fatwa tentang buku “Kaifa Nata’amal ma’a al Sunnah Ma’alim wa Dhawabith”- Cara Berinteraksi dengan Hadits Nabi, Rambu-Rambu dan Kaedah-

السؤال س: ما رأيكم في كتاب: (( كيف نتعامل مع السنة، معالم وضوابط )) للشيخ يوسف القرضاوي الذي فيه تهجم على السلفية؟

Pertanyaan, “Apa pendapat anda terkait buku dengan judul “Kaifa Nata’amal ma’a al Sunnah Ma’alim wa Dhawabith”- Cara Berinteraksi dengan Hadits Nabi, Rambu-Rambu dan Kaedah- karya Syaikh Yusuf al Qardhawi yang berisi serangan terhadap manhaj salaf”

الاجابـــة ننصح بعدم الاغترار بكتب القرضاوي فإنه من الذين يتساهلون مع أهل البدع، ويُجَوِّزُ موالاة اليهود، ومؤاخاة الرافضة، وله هفوات كثيرة تخالف النصوص،

Jawaban Ibnu Jibrin, “Kami nasihatkan untuk tidak terkecoh dengan buku-buku karya al Qardhawi mengingat beberapa pertimbangan:

beliau termasuk orang yang memiliki sikap bermudah-mudah dengan para ahli bid’ah
beliau membolehkan wala’ (baca:loyalitas dan mencintai) orang-orang Yahudi
beliau membolehkan persaudaraan dengan syiah rafidhah.
dan masih banyak lagi ketergelinciran beliau yang berseberangan dengan dalil al Qur’an dan sunnah.

فلا يؤخذ من أقواله إلا ما وافق الدليل.

Tidaklah diterima perkataan beliau kecuali setelah dipastikan bahwa perkataan tersebut sejalan dengan dalil”.

عبد الله بن عبد الرحمن الجبرين

Tertanda, Abdullah bin Abdurrahman al Jibrin.

Sumber: http://ibn-jebreen.com/ftawa.php?view=vmasal&subid=5377&parent=786

Tanda hitam di dahi??

0 komentar
Tanya:
“Bagaimana cara menyamarkan/menghilangkan noda hitam di kening/di jidat karena sewaktu sujud dalam shalat terlalu menghujam sehingga ada bekas warna hitam?”

Jawab:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ

Yang artinya, “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud” (QS al Fath:29).

Banyak orang yang salah paham dengan maksud ayat ini. Ada yang mengira bahwa dahi yang hitam karena sujud itulah yang dimaksudkan dengan ‘tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud’. Padahal bukan demikian yang dimaksudkan.
Diriwayatkan oleh Thabari dengan sanad yang hasan dari Ibnu Abbas bahwa yang dimaksudkan dengan ‘tanda mereka…” adalah perilaku yang baik.
Diriwayatkan oleh Thabari dengan sanad yang kuat dari Mujahid bahwa yang dimaksudkan adalah kekhusyuan.
Juga diriwayatkan oleh Thabari dengan sanad yang hasan dari Qatadah, beliau berkata, “Ciri mereka adalah shalat” (Tafsir Mukhtashar Shahih hal 546).

عَنْ سَالِمٍ أَبِى النَّضْرِ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى ابْنِ عُمَرَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ قَالَ : مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ : أَنَا حَاضِنُكَ فُلاَنٌ. وَرَأَى بَيْنَ عَيْنَيْهِ سَجْدَةً سَوْدَاءَ فَقَالَ : مَا هَذَا الأَثَرُ بَيْنَ عَيْنَيْكَ؟ فَقَدْ صَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمْ فَهَلْ تَرَى هَا هُنَا مِنْ شَىْءٍ؟

Dari Salim Abu Nadhr, ada seorang yang datang menemui Ibnu Umar. Setelah orang tersebut mengucapkan salam, Ibnu Umar bertanya kepadanya, “Siapakah anda?”. “Aku adalah anak asuhmu”, jawab orang tersebut.
Ibnu Umar melihat ada bekas sujud yang berwarna hitam di antara kedua matanya. Beliau berkata kepadanya, “Bekas apa yang ada di antara kedua matamu? Sungguh aku telah lama bershahabat dengan Rasulullah, Abu Bakr, Umar dan Utsman. Apakah kau lihat ada bekas tersebut pada dahiku?” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3698)

عَنِ ابْنِ عُمَرَ : أَنَّهُ رَأَى أَثَرًا فَقَالَ : يَا عَبْدَ اللَّهِ إِنَّ صُورَةَ الرَّجُلِ وَجْهُهُ ، فَلاَ تَشِنْ صُورَتَكَ.

Dari Ibnu Umar, beliau melihat ada seorang yang pada dahinya terdapat bekas sujud. Ibnu Umar berkata, “Wahai hamba Allah, sesungguhnya penampilan seseorang itu terletak pada wajahnya. Janganlah kau jelekkan penampilanmu!” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3699).

عَنْ أَبِى عَوْنٍ قَالَ : رَأَى أَبُو الدَّرْدَاءِ امْرَأَةً بِوَجْهِهَا أَثَرٌ مِثْلُ ثَفِنَةِ الْعَنْزِ ، فَقَالَ : لَوْ لَمْ يَكُنْ هَذَا بِوَجْهِكِ كَانَ خَيْرًا لَكِ.

Dari Abi Aun, Abu Darda’ melihat seorang perempuan yang pada wajahnya terdapat ‘kapal’ semisal ‘kapal’ yang ada pada seekor kambing. Beliau lantas berkata, ‘Seandainya bekas itu tidak ada pada dirimu tentu lebih baik” (Riwayat Bahaqi dalam Sunan Kubro no 3700).

عَنْ حُمَيْدٍ هُوَ ابْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ : كُنَّا عِنْدَ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ إِذْ جَاءَهُ الزُّبَيْرُ بْنُ سُهَيْلِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ فَقَالَ : قَدْ أَفْسَدَ وَجْهَهُ ، وَاللَّهِ مَا هِىَ سِيمَاءُ ، وَاللَّهِ لَقَدْ صَلَّيْتُ عَلَى وَجْهِى مُذْ كَذَا وَكَذَا ، مَا أَثَّرَ السُّجُودُ فِى وَجْهِى شَيْئًا.

Dari Humaid bin Abdirrahman, aku berada di dekat as Saib bin Yazid ketika seorang yang bernama az Zubair bin Suhail bin Abdirrahman bin Auf datang. Melihat kedatangannya, as Saib berkata, “Sungguh dia telah merusak wajahnya. Demi Allah bekas di dahi itu bukanlah bekas sujud. Demi Allah aku telah shalat dengan menggunakan wajahku ini selama sekian waktu lamanya namun sujud tidaklah memberi bekas sedikitpun pada wajahku” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3701).

عَنْ مَنْصُورٍ قَالَ قُلْتُ لِمُجَاهِدٍ (سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ) أَهُوَ أَثَرُ السُّجُودِ فِى وَجْهِ الإِنْسَانِ؟ فَقَالَ : لاَ إِنَّ أَحَدَهُمْ يَكُونُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ مِثْلُ رُكْبَةِ الْعَنْزِ وَهُوَ كَمَا شَاءَ اللَّهُ يَعْنِى مِنَ الشَّرِّ وَلَكِنَّهُ الْخُشُوعُ.

Dari Manshur, Aku bertanya kepada Mujahid tentang maksud dari firman Allah, ‘tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud’ apakah yang dimaksudkan adalah bekas di wajah?
Jawaban beliau, “Bukan, bahkan ada orang yang ‘kapal’ yang ada di antara kedua matanya itu bagaikan ‘kapal’ yang ada pada lutut onta namun dia adalah orang bejat. Tanda yang dimaksudkan adalah kekhusyu’an” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3702).
Bahkan Ahmad ash Showi mengatakan, “Bukanlah yang dimaksudkan oleh ayat adalah sebagaimana perbuatan orang-orang bodoh dan tukang riya’ yaitu tanda hitam yang ada di dahi karena hal itu adalah ciri khas khawarij (baca: ahli bid’ah)” (Hasyiah ash Shawi 4/134, Dar al Fikr).
Dari al Azroq bin Qois, Syarik bin Syihab berkata, “Aku berharap bisa bertemu dengan salah seorang shahabat Muhammad yang bisa menceritakan hadits tentang Khawarij kepadaku. Suatu hari aku berjumpa dengan Abu Barzah yang berada bersama satu rombongan para shahabat. Aku berkata kepadanya, “Ceritakanlah kepadaku hadits yang kau dengar dari Rasulullah tentang Khawarij!”.
Beliau berkata, “Akan kuceritakan kepada kalian suatu hadits yang didengar sendiri oleh kedua telingaku dan dilihat oleh kedua mataku. Sejumlah uang dinar diserahkan kepada Rasulullah lalu beliau membaginya. Ada seorang yang plontos kepalanya dan ada hitam-hitam bekas sujud di antara kedua matanya. Dia mengenakan dua lembar kain berwarna putih. Dia mendatangi Nabi dari arah sebelah kanan dengan harapan agar Nabi memberikan dinar kepadanya namun beliau tidak memberinya.
Dia lantas berkata, “Hai Muhammad hari ini engkau tidak membagi dengan adil”.
Mendengar ucapannya, Nabi marah besar. Beliau bersabda, “Demi Allah, setelah aku meninggal dunia kalian tidak akan menemukan orang yang lebih adil dibandingkan diriku”. Demikian beliau ulangi sebanyak tiga kali. Kemudian beliau bersabda,

يَخْرُجُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ رِجَالٌ كَانَ هَذَا مِنْهُمْ هَدْيُهُمْ هَكَذَا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ثُمَّ لاَ يَرْجِعُونَ فِيهِ سِيمَاهُمُ التَّحْلِيقُ لاَ يَزَالُونَ يَخْرُجُونَ

“Akan keluar dari arah timur orang-orang yang seperti itu penampilan mereka. Dia adalah bagian dari mereka. Mereka membaca al Qur’an namun alQur’an tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama sebagaimana anak panah melesat dari binatang sasarannya setelah menembusnya kemudia mereka tidak akan kembali kepada agama. Cirri khas mereka adalah plontos kepala. Mereka akan selalul muncul” (HR Ahmad no 19798, dinilai shahih li gharihi oleh Syeikh Syu’aib al Arnauth).
Oleh karena itu, ketika kita sujud hendaknya proporsonal jangan terlalu berlebih-lebihan sehingga hampir seperti orang yang telungkup. Tindakan inilah yang sering menjadi sebab timbulnya bekas hitam di dahi.

ustadzaris.com

MENIKAHLAH, Insya Allah, kau akan kaya!

1 komentar

Anda Ingin Kaya? Segeralah Menikah!
(oleh Ustadz Abu Umar Basyir)

Pernikahan adalah sumber kekayaan. Yang dimaksud dengan kekayaan di sini, bisa dalam arti sesungguhnya, bisa juga berarti kekayaan jiwa. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat:

“Kekayaan sesungguhnya adalah kekayaan jiwa. Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seorang hamba, pasti Allah menciptakan kekayaan dalam jiwanya, menempatkan ketakwaan dalam hatinya. Dan apabila Allah menginginkan keburukan pada diri seseorang, pasti Allah akan menciptakan baying-bayang kemiskinan di depan matanya.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya, 14: 101. Asal hadits ini ada dalam Al-Bukhari dan Muslim.]

Kekayaan materi pun sudah dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada orang-orang fakir yang berniat akan menikah, dalam firman-Nya:

وَأَنكِحُوا اْلأَيَامَى مِنكُمْ وَالصّ¡ 4;الِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَآءَ ي 15;غْنِهِمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang wnaita. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” [QS. An-Nuur: 32]

“Wankihul ayama minkum wasshalihina min ibadikum wa imaikum in yakunu fuqaraa yughnihimullah min fadhli wallahu waasiun ‘alim,’ maknanya, ‘…dan nikahkanlah laki-laki yang sendirian dan perempuan yang janda di antara kamu serta hamba laki-laki dan perempuan kamu yang patut nikah, jikalau mereka miskin, maka Allah akan menjadikan mereka kaya dengan karunia-Nya, dan Allah maha luas (pemberiannya) lagi maha mengetahui.

Dalam ayat tersebut, kata “yughnillahu” atau ja’alahumullahu ghaniyan menunjukkan bahwa Allah dengan segala kekuasaannya akan menjadikan mereka itu kaya dengan perkawinannya.

Pasti orang akan bertanya, “Masa sih, dengan menikah dapat membuat orang menjadi kaya?”

Jawaban yang simpel dan praktis adalah bahwa mayoritas orang yang kaya adalah orang yang telah menikah bukan yang masih bujang. Itu realitas.Dan itu disebabkan karena orang yang masih bujang pada umumnya belum mampu memanage keuangannya dengan baik meskipun ia berpenghasilan lumayan banyak, duitnya tersebut akan habis entah dibelanjakannya ke mana. Berbagai tuntunan gaya hidup muda masa kini, kian membuat umumnya para pemuda menjadi sangat ceroboh dalam penggunaan uang.

Berbeda halnya dengan orang-orang yang telah menikah, karena orang yang telah menikah bisa jadi tanpa disadarinya telah mendapat beberapa kelebihan sebagai hasil dari penyempurnaannya terhadap agama, meskipun keuangan kurang memadai, namun ia masih memiliki apa yang otomatis tidak dimiliki oleh orang yang masih bujang, yaitu istri dan anak. Tidak heran, jika kita akan melihat lancarnya rizki kawan atau saudara yang telah menikah, apalagi setelah mereka mendapatkan anak.

Ibnu Mas’ud berkata, “Carilah kekayaan dengan menikah.”

Abu bakar Ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu pernah berkata, “Taatlah perintah Allah untuk menikah, pasti Allah akan memenuhi janji-Nya kepada kalian untuk memberi kecukupan.”

[Disalin dari buku Kiat Sukses Menjemput Rizki karya Abu Umar Basyier, Shafa Publika]

suami, bukan pula seorang lelaki sempurna.

0 komentar
ini buat bahan renungan dikala rileks,..
buat siapa aja,.. yg belum nikah atopun yg udah nikah,..
di copy dari salh satu majalh favorite ane, NIKAH, yg sekarang udah jadi majalah sakinah.
ini dia:

.............
Dulu di tengah hangatnya teh panas dan sepotong rotii di pagi hari, saya dan teman-teman satu kos sering ngobrol tentang sosok ikhwan atau suami ideal.

Menurut kami seorang ikhwan yang paham agama pastilah sosok yang amat ‘super’. Super ngemong, sabar, romantis, dan sebagainya, tiada cela dan noda. Dalam pikiran polos kami saat itu, seorang ikhwan itu pasti ittibaussunnah dalam segala hal, termasuk dalam berumah tangga.

Namun seiring berjalannya waktu akhirnya saya menyadari, ternyata dulu kami melupakan satu hal. Yaitu bahwa seorang ikhwan adalah juga manusia, yang tentu saja memiliki sifat “manusiawi”. Mereka pun memiliki sederet masalah, dan mereka bukan malaikat. Jadi, tidak layak tentunya jika berbagai tuntutan kita bebankan kepada mereka.

Membangun harapan adalah sah-sah saja. Hanya saja, jangan kaget setelah bertemu realita. Setelah menikah, menyatukan dua hati yang berbeda bukanlah hal mudah. Menginginkan sosok suami yang bisa menyelesaikan konflik tanpa menyisakan sedikit pun sakit hati atau masalah adalah harapan berlebihan.

Apalagi mengharap suami yang full romantis di antara sekian beban yang ditanggungnya. Suami kita hanyalah laki-laki biasa yang punya masa lalu dan latar belakang berbeda dengan kita. Mereka seperti kita juga, punya banyak kelemahan di samping kelebihannya.

Lantas apakah harus kecewa kalau sudah dapat suami tapi masih jauh dari harapan waktu muda? Tidak juga. Hal terpenting adalah jangan lagi berandai-andai dan mengeluh. Berpikirlah progresif, jangan regresif. Pikirkan solusi, jangan mempertajam konflik atau mendramatisir keadaan. Komunikasikan apa yang ada dalam benak kita dalam situasi terbaik.

Fitrah wanita dengan porsi perasaan yang lebih dominan seharusnya menjadikan kaum hawa lebih pintar memilih waktu curhat yang tepat. Sikap “nrimo” atas kekurangan suami bisa jadi pilihan tepat untuk mengurangi tingkat kekecewaan.

Konsepnya semakin Anda melihat perbedaan, semakin terluka hati ini (self-fulfilling prophecy). Jadi, carilah titik persamaan untuk meraih kebahagiaan. Dan ingat, dari sekian akhwat yang ada, Andalah yang terpilih untuk menjadi belahan hatinya. Karena itu cintailah suami Anda apa adanya.

Bagi para akhwat yang belum menikah, tetaplah “memanusiakan” manusia. Para ikhwan itu adalah seperti diri kita juga. Mereka bukan Superman. Ingat pula bahwa jodoh ada di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tetaplah perbaiki diri baik secara dien maupun fisik. Masalah siapa suami dan bagaimana sosok suami kita kelak adalah hak prerogatif Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Singkirkan sederetan tuntutan “super” bagi calon suami. Semakin banyak tuntutan, bila tak terpenuhi akan membuat tingkat kekecewaan semakin tinggi. Percayalah pada janji Allah, bahwa suami yang baik adalah untuk istri yang baik pula, insya Allah. Lagi pula Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menegaskan dalam salah satu haditsnya bahwa memilih suami adalah karena ketinggian agama dan akhlaknya, bukan prioritas sekunder lainnya.

Akhir kata, yuk, sembari menyeruput teh panas, kita ganti topik menjadi ~Bagaimana menjadi istri ideal.~ Wallahu a’lam.
Nikah Vol. 4, No. 6, September 2005

Kajian Rutin Riyadhus Shalihin

Minggu, 15 Mei 2011

0 komentar




Hadirilah Kajian Rutin Islam Ilmiah
dengan materi:
ADAB dan AKHLAK SEHARI_HARI
[syarah riyadhus shalihin]

pemateri: Ust Alfian
[pengajar SDIT Ibnu Qayyim Solo]

Bakda Maghrib - Isya di Masjid Al Firdaus
[barat Bunderan monumen Pers solo]

gratiiiiis,.. dapaaat ilmu pula,.....
untuk umum, muslim // muslimah!

"Barang siapa menempuh jalan menuntut ilmu, maka ALLAH akan memudahkan jalanya ke surga" (HR Muslim)

KAJIAN ISLAM ILMIAH :: AD DAA' WA AD DAWAA' ::

0 komentar

Hadirilah Kajian Islam Ilmiah
Bersama USTADZ ABDULLAH TASLIM LC

dengan materi Kitab AD DAA' wa AD DAWAA"
INSYA ALLAH,pada Hari Rabu // 18 Mei 2011 // Jam 15.00 - selesai.
di Masjid Baiturrahmah MOJO SONGO!

KAJIAN ISLAM ILMIAH

Rabu, 11 Mei 2011

0 komentar


Bismillahirrahmanirrahiim.
HADIRILAH! Kajian Islam Ilmiah.

Untuk umum, dengan tema:
Bedah Buku: “AGAR KITA MENDAPAT SYAFA’AT”
Pemateri: Ust. Rijal Yuliar LC
(pengajar PP Al Irsyad Tengaran)

Insya Allah: 10 Rajab 1432H - 12 Juni 2011
Di Masid Jami’ Ibnu Utsaimin
Ma’had Ukhuwah Sukoharjo

LEMBUTNYA DAKWAH AHLUS SUNNAH.

0 komentar

Tidak diragukan lagi, bahwa kewajiban Ahlus sunnah di setiap zaman dan tempat adalah saling berlemah lembut dan berkasih saying di antara sesame mereka, saling tolong-menolong dalam berbuat kebaikan dan ketaqwaan.

Sesuatu yang amat menyedihkan pada masa ini adalah apa yang terjadi di kalangan sebagianAhlus sunnah, yaitu adanya perselisihan dan perpecahan yang mengakibatkan sebagian mereka sibuk mencela, mentahdzir dan menghajr terhadap sebagian yang lainnya. Semestinya segala usaha mereka tersebut ditujukan kepada selain mereka dari orang-orang kafir dan pelaku bidah yang senantiasa memusuhi Ahlus Sunnah.

Buku ini berisikan beberapa untaian nasehat kepada Ahlus Sunnah agar senantiasa menjalin persatuan dan kasih saying di antara sebagian mereka, serta saling mengingatkan antara sebagian mereka terhadap sebagian yang lainnya dengan cara yang halus dan lemah-lembut.

Lembutnya Dakwah Ahlussunnah // Syaikh Abdul Muhsin // Darul Ilmi // 21.000,-

MENGGUNAKAN PIL KB

0 komentar
Berikut pertanyaan terhaadap Syaikh Abdul Azis bin Baaz
“Istri saya memakan pil KB, disebabkan jarak antar kehamilannya sangat dekat,berurutan setiap tahun,selama beberapa tahun. Ia berniat bahwa setelah 5 tahun, ia akan meninggalkannya. Satu hal yang perlu diketahui bahwa ia telah mempunyai 4 orang anak. Kami berharap bimbingan anda dalam masalah ini, jazzakallahu khairan.”

Fadhilathusy syaikh Abdul Azis bin Baaz
:
“tidak mengapa menggunakan alat-alat kontrasepsi atau pengatur keturunan, untuk mencegah kemudharatan atau keburukan. Akan tetapi hal itu dilakukan pada waktu menyusui, yakni tahu pertama atau kedua dari usia anak yang terakhir. Tujuannya agar kehamilan yang berikutnya tidak membahayakan dirinya, dengan cara seperti itu ia bias melakukan tarbiyah syar’iyyah (perawatan bayi) terhadap bayinya dengan baik.

Jadi, jika kehamilan yang berkesinambungan memudharatkan proses pengurusan anak atau kesehatan ibu, maka dibolehkan menggunakan alat KB dengan catatan hal itu hanya dilakukan ketika anak berusia satu atau dua tahun, tepatnya pada masa menyusui anak.
Hal ini karena Rasululah shalallahu alaihi wassalam menganjurkan dan mendorong umatnya agar berketurunan yang banyak, dan beiau akan berbangga dengan banyaknya umat beliau. Beliau bersabda sebagaimana tercantum dalam riwayat an-Nasa’I 3227, Abu Dawud2050:
"Nikahilah oleh kalian wanita yang penyayang dan subur, sebab aku akan berbangga dihadapan ummat-ummat dengan banyaknya kalian.
(Tanya jawab bersama Syaikh bin Baaz, Nuurun ‘alad Darb)

Aku Ingin Ridhamu...

Selasa, 10 Mei 2011

0 komentar
Terkadang membaca sebuah kisah yang mengharukan, sanggup membikin ana menitikkan air mata (ana kaga peduli mau dibilang cengeng), terlebih membaca kisah2 para mutiara zaman, bagaimana perjuangan mereka menyebarkan sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, tetapi ini, bukan kisah Ulama salaf, tapi hanya sebuah kisah nyata dalam sebuah rumah tangga, tapi mampu membikin ana menitikkan airmata...
silahkan dibaca sendiri:

"Lihatlah dirimu darinya, dia adalah surga atau nerakamu…" Kubaca berulang-ulang penggalan hadits di atas. Semakin lama kubaca, semakim merinding rasanya hati ini. "…dia adalah surga dan nerakamu." Sumiku, sudahkah aku berbuat baik padamu?

Menjalani peran sebagai seorang istri dan ibu bagi anakku, seringkali menguras habis energi baik lahir maupun batin. Maka tak jarang wajah cemberut yang kuperlihatkan untuk suamiku. Sehingga ia nyeletuk: "Dari tadi kok mamas belum lihat senyummu?" Aduh sulitnya menerapkan hadits di atas. Apalgi gadis kecilku sekarang sudah berusia 2 tahun. Bukan sekali dua kali aku dibuatnya agak kesal. Tapi, jangan-jangan aku sendiri yang tidak bisa ikhlas dan sabar menerima peranku?

Pagi tadi aku bangunagak kesiangan. Itu karena aku tidur lagi habis shalat shubuh, sebab badan masih terasa sangat capek. Tiba-tiba suamiku sudah mengecup keningku kala mataku terbuka sambil berujar: "Sayang usiamu hari ini genap 27 tahun lho, masa masih bangun kesiangan?" Alih-alih memarahiku, dia justru sudah mengerjakan sebagian kewajiban rutinku di pagi hari. Suamiku, kamu selalu mendahuluiku dalam berbuat kebaikan.

Tak dapat kupungkiri, setelah 3 tahun usia pernikahan kami, hari-hari yang kulalui tak selamanya indah. Banyak episode sulit yang harus kulakoni. Kadang, pertengkaran kecil mewarnai perjalanan kami. Tapi, celah manakah yang mampu membuatku tidak berterima kasih padanya?

Aku ingat, suatu ketika aku membuatnya marah. Aku pun menangis tersedu-sedu karena rasa hati yang tak beraturan. Tiba-tiba suamiku manghampiriku dan berkata: "Dik, mamas nggak marah kok. Mamas Cuma pingin lihat kamu nangis. Habis kamu kalau habis nangis tambah cantik sih…" Duhai, perempuan mana yang tidak tersanjung dengan pujian?

Maka ketika aku merasakan ketidakindahan dalam perjalanan ini, aku mencoba melihat, jangan-jangan dia juga merasakan hal yang sama. Atau, ketika aku kecewa dengannya, aku juga harus berpikir realistis bahwa mungkin juga dia merasakan kekecewaan yang sama. Ya, suamiku bukan manusia sempurna, tapi aku juga tak luput dari kekurangan. Tidak selayaknya aku menunda-nunda berbuat baik padanya hanya karena rasa kesal yang ada.

Dulu, sehabis menikah suamiku bilang: "Dik, sehabis shalat tadi mamas berdo’a, jangan sampai memukulmu baik sengaja atau tidak sengaja." Dan sampai sekarang suamiku tidak pernah berbuat kasar padaku sebesar apapun kemarahannya. Paling banter dia mendiamkanku beberapa menit.

Sepertinya, sudah saatnya aku berbenah diri untuk mendapatkan ridhanya. Mungkin aku harus banyak belajar untuk bersikap lebih lembut, tidak banyak menuntut dan apapun yang membuatnya tidak ridha. Juga untuk buah hatiku. Rasanya aku masih harus belajar untuk menjadi ummi yang baik. Bukankah itu salah satu jalan untuk mendapatkan jannah? Jika kuhitung, sudah banyak dia mengeluarkan tenaga untuk meringankan tugas-tugasku. Tak sebanding dengan yang kulakukan untuk meringankan tugas-tugasnya. Hampir setiap hari ia mau membantuku mencuci, menyapu, dan merawat si kecil.

Lantas jika kutanya: "Capek mas?" Dia selalu menjawab dengan senyuman: "Ah, pahalanya banyak kok!" Kalau sudah begitu, kapan aku bisa berterima kasih padamu? Ah, suamiku, kuingin ridhamu…

(ane ambil dari majalah Nikah (sekarang jadi Sakinah) Volume 4 No 3 Tahun 2005)

Barisan Ulama Ahlussunnah Masa Kini

0 komentar
Ulama sekarang diatas Sunnah

لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ عَلَى كَذَلِكَ

Akan senantiasa ada sekelompok orang dari kalangan ummatku yang menegakkan/ berdiri di atas perintah Allah, tidak akan memadhorotkan mereka siapa yang menghina dan menyelisihi mereka sampai datang perkara Allah (yaitu hari kiamat) dan mereka tetap dalam keadaan demikian“. [Muttafaqun 'alaih, hadits dari Mu'awiyah]

Para Ulama Sekarang Yang Berjalan Di Atas As-Sunnah Antara Lain:

‘Ulama Saudi Arabia:
1. Al ‘Allamah asy Syaikh Muhammad Mukhtar Amin asy Syanqithiy– shohibut Tafsir adh wa’ul bayan. Beliau termasuk salah satu guru Syaikh Muhammad bin Sholih al ‘Utsaimin
2. Al ‘Allamah asy Syaikh Abdurrohman bin Nashir as Sa’di , pemilik kitab Tafsir Karimur Rohman fi Kalamil Mannan atau yang lebih dkenal Tafsir as Sa’diy
3. Samahatusy Syaikh al ‘allamah Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz
4. Faqihul zaman al ‘allamah asy Syaikh Muhammad bin Sholih al Utsaimin
5. Al ‘allamah al muhaddits asy syaikh Adbul Muhsin bin Hammad al ‘Abbad al Badr, Beliau termasuk ulama senior saat ini, mengajar di Masjid Nabawi.
6. Al ‘allamah asy Syaikh Doktor Sholih Fauzan al Fauzan anggota Haiah Kibarul ‘Ulama
7. Al ‘allamah asy Syaikh Abdul Aziz bin sholih alu Syaikh mufti ‘Amm kerajaan Saudi Arabia saat ini
8. Al ‘allamah al muhaddits asy Syaikh Yahya bin Ahmad an Najmi mufti kerajaan Saudi untuk daerah Selatan (Shoromithoh)
9. Al ‘allamah al muhaddits asy syaikh Rabi’ bin Hadi al Madkholy –pembawa bendera jarh wa ta’dil saat ini sebagaimana rekomendasi Syaikh al Albani
10. Al ‘allamah asy syaikh Dr. Sholih bin Sa’ad as Suhaimy –Beliau dosen pascasarjana di Jami’ah al Islamiyyah Madinah
11. Al ‘allamah asy Syaikh Muhammad bin Hadi al Madkholy –dosen jami’ah Islamiyyah Madinah
12. Al ‘allamah asy Syaikh Dr. Ibrohim bin ‘Amir ar Rauhaily – penulis kitab “Mauqif Ahlis sunnah ‘an ahlil bida’” yang diterjemahkan dgn judul “Mauqif Ahlus Sunnah terhadap Ahlul Bid’ah” (ana lupa judul tepatnya)
13. Asy Syaikh DR. Ali bin Nashir al faqihy – Guru Besar Aqidah di Masjid Nabawy
14. Asy Syaikh Abdurrozaq bin Abdil Muhsin bin Hammad al ‘Abbad al badr - putra Syaikh Abdul Muhsin al ‘Abbad al Badr (point no 3)
15. Asy Syaikh Abdul Malik a Romadhoniy al Jazairy– Beliau yang menyiapkan majelis Syaikh Abdul Muhsin di Masjid Nabawi. Penulis buku “Madarik an Nazhor fi Siyasah…”diterjemahkan dgn judul “Pandangan Tajam thd Politik”
16. Asy Syaikh Kholid ar Roddady –pentahqiq kitab Syarhus sunnah al barbahary
17. Asy Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi al madkholy
18. Asy Syaikh Abdulloh bin ‘Abdirrohman al Jibrin – termasuk ulama senior, sudah sepuh
19. Asy Syaikh Ubaid al Jabiri
20. asy Syaikh Abdul Aziz ar Rojihy
21. Asy Syaikh Muhammad Aman Jamiy
22. Fadhilatusy Syaikh Sholih bin Muhammad al Luhaidan ketua Mahkamah Tinggi dan anggota Hai’ah Kibarul Ulama
23. Masyayikh anggota Majelis Ifta wal Buhuts dan anggota Kibarul Ulama
24. Fadhilatusy Syaikh Bakar Abu –penulis kitab “Hukmul Intima’”
25. asy Syaikh AbdusSalam bin Barjas -penulis Kitab “Hujjajul Qowwiyyah..”. Beliau sudah meninggal dalam kecelakaan mobil. Semoga Allah melapangkan kuburnya dan menempatkannya di kedudukan yang mulia di sisiNya.

‘Ulama dari Yaman:
1. al ‘allamah al muhaddits ad diyar al yamaniyyah asy Syaikh Muqbil bin Hadi al wadi’iy;, Beliau termasuk ulama besar abad ini.
2. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab al Washobi; beliau mungkin Syaikh yang dituakan di Yaman. Kalau datang ke Damaj, biasanya beliau Cuma menjawab pertanyaan2 dan sedikit memberi nasihat emasnya. Punya markas di Hudaidah.
3. Asy Syaikh Muhammad Al Imam beliau termasuk Ahl Hill wal Aqd yang ditunjuk oleh Asy Syaikh Muqbil rahimahullah. Salah satu murid pertamanya Asy Syaikh Muqbil. Punya markas di Ma’bar merupakan markas terbesar ke 2 setelah Damaj.
4. Syaikh Yahya al Hajury–Beliau yang menggantikan Syaikh Muqbil di Darul Hadits Dammaj
5. Asy Syaikh Abdul Aziz Al Buro’i adalah termasuk salah satu masyaikh yang sangat keras terhadap Ahlul Bid’ah. Beliau mempunyai markas di Kota Ib.
6. Asy Syaikh Abdullah bin Utsman dijuluki Khotibul Yamany karena beliau terkenal sangat pintar berorator. Nasihat2 beliau tentang maut, membuat mata tak bisa menahan airnya.
7. Asy Syaikh Abdurrozaq punya markas di Dammar
8. Asy Syaikh Abdul Musowwir termasuk masyaikh yang sudah cukup berumur. Dulu Asy Syaikh Yahya hafidhohullah belajar Syarh Ibn Aqil dengan beliau.
9. asy Syaikh Abdulloh al Mar’iy dan Saudaranya asy Syaikh Abdurrohman al Mar’iy

Ulama dari Yordania
1. al ‘Allamah al Muhaddits Nashirus sunnah asy Syaikh al Albani . Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz pernah berkata: Saya tidak mengetahui di bawah kolong langit saat ini orang yang lebih mengetahui hadits daripada Beliau (Syaikh al Albani)”.
2. Syaikh Ali hasan al Halabiy tatkala Syaikh al Albani ditanya cucunya “Siapakah dua orang murid yang paling mengetahui tentang hadits“. Syaikh al Albani berkata: Abu Ishaq al Huwaini dan Ali Hasan al Halabiy.
3. Syaikh Salim bin ‘Ied al Hilali, penulis kitab Limadza Ikhtartu Manhaj Salaf, Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhus Sholihin, dll.
4. Syaikh Muhammad Musa
5. Syaikh Masyhur alu Salman
6. Syaikh Husain ‘Uwaisyiah

Dan masih banyak lagi para ulama yang belum disebutkan disini.
:: disarikan dari: ahlulhadist.wordpress.com ::

Awas Serangan Hadits Dhoif Merajalela!!!

0 komentar
Bismillah,...
Telah mashyur dikalangan kita, entah itu di kalangan dai, ato orang awam,.. tentang banyaknya hadits hadits dhoif yg disampaikan. tanpa dijelaskan derajat haditsnya, jadi, banyak yg tidak memperhatikan derajat haditsnya, entah itu munkar, ato malah dhoif, bahkan mungkin masuk kategori maudhu,.. banyak yg serampangan main comot perkataan perkataan yg seenaknya sendiri ditujukan kalo itu adalah perkataan Nabi Muhammad shalllahu alaihi wassalam, wa iyyadubillah. sepertinya yang ada dalam pemikiran mereka "bagaimana mungkin hadits itu dhaif? padahal begitu mashyur dan sudah diajarkan dari generasi ke generasi"
Berikut ini -bi'idzinillah- ana ingin memberikan beberapa hadits dhoif, tapi telah terlanjur populer d masyarakat, semoga risalah kecil ini mampu membuka pikiran kita, mampu menambah wawasan kita agar lebih tahu tentang contoh2 hadits2 yg dhoif, namun populer.
Cukuplah Hadits berikut menjadi peringatan bagi kita semuanya agar lebih berhati2 dalam membawakan hadits nabi.
Dari abu hurairah, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda: "Barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah mempersiapkan tempat duduknya di neraka" (Hadits Mutawatir, Riwayat Bukhari, Muslim serta lainnya).

1. DOA Sebelum Makan.
" Allahuma baariklanaa fiimaa razaqtanaa, waqinaa adzaa ban-naar, Ya Allah berkahilah kami, dalam apa yang Engkau berikan rizki kepada kami, dan lindungilah kami dari adzab neraka" (HR Thabarani/888, HR Ibnu Sunni/457, HR Ibnu Adi(6/2212))
Derajat: Dhaif Jiddan.
sisi cacatnya: Hisyam bin Ammar dan Ibnu Suami' yang diperbincangkan oleh para ulama, namun yang lebih parah: Ibnu Abi Zu'aiza'ah, seorang yang tertuduh berdusta dan haditsnya munkar.(lihat Takhrij Kitab Al Adzkar.

2. Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu
"Surga itu berada di bawah telapak kaki Ibu" (HR Ibnu Adi(1/325).
Derajat: Palsu!
Sisi Cacatnya: Musa bin Muhammad bin 'Atho, dia seorang pendusta, sebagaimana dikatan Abu Hatim, Abu Zu'ah, Ibnu Hibban dan lainnya. (lihat al silsilah adh-dhoifah, syaikh Albani)

3. Shalat Tiang Agama.
"Sholat adalah tiang agama, barang siapa yang menegakannya, bearti dia telah menegakkan agama, namun barang siapa yang meninggalkannya, maka ia bearti menghancurkan agamanya" (HR Baihaqi)
Derajat: Lemah
Sisi Lemahnya: Hadits ini diriwayatkan oleh Baihaqi dengan sanad lemah dari Ikrimah, dari Umar secara Marfu'
imam Nawawi: Hadits ini Bathil.

AYUUUK ngobrol, Kalo kalo bisa menghentikan matahari dulu!

Senin, 09 Mei 2011

0 komentar
Mutiara Nasehat:

Amir bin Abdi Qais
Beliau seorang tabi’in yang zuhud.
Ada seorang pria berkata kepadanya:“Berbincang-bincanglah denganku”.
Amir bin Abdi Qais menjawab, “Tahanlah matahari”
Artinya, “Cobalah hentikan perputaran matahari, jangan biarkan ia berputar, baru aku akan berbincang-bincang denganmu. Karena sesungguhnya waktu ini senantiasa merayap dan bergerak maju, dan setelah berlalu ia tak akan kembali lagi. Maka kerugian akibat tak memanfaatkan waktu adalah jenis kerugian yang tidak dapat diganti atau dicarikan kompensasinya. Karena setiap waktu membutuhkan amal perbuatan sebagai isinya”

:: Aina nahnu min akhlaqis salaf? ::

Imam Ahlus Sunnah, Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah.

0 komentar
IMAM AHMAD bin HANBAL Rahimahullah

Nama dan Nasab:
Kunyah beliau Abu Abdillah, namanya Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi. Ayah beliau seorang komandan pasukan di Khurasan di bawah kendali Dinasti Abbasiyah. Kakeknya mantan Gubernur Sarkhas di masa Dinasti Bani Umayyah, dan di masa Dinasti Abbasiyah menjadi da’i yang kritis.

Kelahiran Beliau:
Beliau dilahirkan di kota Baghdad pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 164 Hijriyah. Beliau tumbuh besar di bawah asuhan kasih sayang ibunya, karena bapaknya meninggal dunia saat beliau masih berumur belia, tiga tahun. Meski beliau anak yatim, namun ibunya dengan sabar dan ulet memperhatian pendidikannya hingga beliau menjadi anak yang sangat cinta kepada ilmu dan ulama karena itulah beliau kerap menghadiri majlis ilmu di kota kelahirannya.

Awal mula Menuntut Ilmu
Ilmu yang pertama kali dikuasai adalah Al Qur’an hingga beliau hafal pada usia 15 tahun, beliau juga mahir baca-tulis dengan sempurna hingga dikenal sebagai orang yang terindah tulisannya. Lalu beliau mulai konsentrasi belajar ilmu hadits di awal umur 15 tahun itu pula.

Keadaan fisik beliau:
Muhammad bin ‘Abbas An-Nahwi bercerita, Saya pernah melihat Imam Ahmad bin Hambal, ternyata Badan beliau tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek, wajahnya tampan, di jenggotnya masih ada yang hitam. Beliau senang berpakaian tebal, berwarna putih dan bersorban serta memakai kain.
Yang lain mengatakan, “Kulitnya berwarna coklat (sawo matang)”

Keluarga beliau:
Beliau menikah pada umur 40 tahun dan mendapatkan keberkahan yang melimpah. Beliau melahirkan dari istri-istrinya anak-anak yang shalih, yang mewarisi ilmunya, seperti Abdullah dan Shalih. Bahkan keduanya sangat banyak meriwayatkan ilmu dari bapaknya.

Kecerdasan beliau:
Putranya yang bernama Shalih mengatakan, Ayahku pernah bercerita, “Husyaim meninggal dunia saat saya berusia dua puluh tahun, kala itu saya telah hafal apa yang kudengar darinya”.

Abdullah, putranya yang lain mengatakan, Ayahku pernah menyuruhku, “Ambillah kitab mushannaf Waki’ mana saja yang kamu kehendaki, lalu tanyakanlah yang kamu mau tentang matan nanti kuberitahu sanadnya, atau sebaliknya, kamu tanya tentang sanadnya nanti kuberitahu matannya”.

Abu Zur’ah pernah ditanya, “Wahai Abu Zur’ah, siapakah yang lebih kuat hafalannya? Anda atau Imam Ahmad bin Hambal?” Beliau menjawab, “Ahmad”. Beliau masih ditanya, “Bagaimana Anda tahu?” beliau menjawab, “Saya mendapati di bagian depan kitabnya tidak tercantum nama-nama perawi, karena beliau hafal nama-nama perawi tersebut, sedangkan saya tidak mampu melakukannya”. Abu Zur’ah mengatakan, “Imam Ahmad bin Hambal hafal satu juta hadits”.

Pujian Ulama terhadap beliau:
Abu Ja’far mengatakan, “Ahmad bin Hambal manusia yang sangat pemalu, sangat mulia dan sangat baik pergaulannya serta adabnya, banyak berfikir, tidak terdengar darinya kecuali mudzakarah hadits dan menyebut orang-orang shalih dengan penuh hormat dan tenang serta dengan ungkapan yang indah. Bila berjumpa dengan manusia, maka ia sangat ceria dan menghadapkan wajahnya kepadanya. Beliau sangat rendah hati terhadap guru-gurunya serta menghormatinya”.

Imam Asy-Syafi’i berkata, “Ahmad bin Hambal imam dalam delapan hal, Imam dalam hadits, Imam dalam Fiqih, Imam dalam bahasa, Imam dalam Al Qur’an, Imam dalam kefaqiran, Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara’ dan Imam dalam Sunnah”.

Ibrahim Al Harbi memujinya, “Saya melihat Abu Abdillah Ahmad bin Hambal seolah Allah gabungkan padanya ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan dari berbagai disiplin ilmu”.

Kezuhudannya:
Beliau memakai peci yang dijahit sendiri. Dan kadang beliau keluar ke tempat kerja membawa kampak untuk bekerja dengan tangannya. Kadang juga beliau pergi ke warung membeli seikat kayu bakar dan barang lainnya lalu membawa dengan tangannya sendiri. Al Maimuni pernah berujar, “Rumah Abu Abdillah Ahmad bin Hambal sempit dan kecil”.

Tekunnya dalam ibadah
Abdullah bin Ahmad berkata, “Bapakku mengerjakan shalat dalam sehari-semalam tiga ratus raka’at, setelah beliau sakit dan tidak mampu mengerjakan shalat seperti itu, beliau mengerjakan shalat seratus lima puluh raka’at.

Wara’ dan menjaga harga diri
Abu Isma’il At-Tirmidzi mengatakan, “Datang seorang lelaki membawa uang sebanyak sepuluh ribu (dirham) untuk beliau, namun beliau menolaknya”. Ada juga yang mengatakan, “Ada seseorang memberikan lima ratus dinar kepada Imam Ahmad namun beliau tidak mau menerimanya”. Juga pernah ada yang memberi tiga ribu dinar, namun beliau juga tidak mau menerimanya.

Tawadhu’ dengan kebaikannya:
Yahya bin Ma’in berkata, “Saya tidak pernah melihat orang yang seperti Imam Ahmad bin Hambal, saya berteman dengannya selama lima puluh tahun dan tidak pernah menjumpai dia membanggakan sedikitpun kebaikan yang ada padanya kepada kami”.

Beliau (Imam Ahmad) mengatakan, “Saya ingin bersembunyi di lembah Makkah hingga saya tidak dikenal, saya diuji dengan popularitas”.

Al Marrudzi berkata, “Saya belum pernah melihat orang fakir di suatu majlis yang lebih mulia kecuali di majlis Imam Ahmad, beliau perhatian terhadap orang fakir dan agak kurang perhatiannya terhadap ahli dunia (orang kaya), beliau bijak dan tidak tergesa-gesa terhadap orang fakir. Beliau sangat rendah hati, begitu tinggi ketenangannya dan sangat memuka kharismanya”.

Beliau pernah bermuka masam karena ada seseorang yang memujinya dengan mengatakan, “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan atas jasamu kepada Islam?” beliau mengatakan, “Jangan begitu tetapi katakanlah, semoga Allah membalas kebaikan terhadap Islam atas jasanya kepadaku, siapa saya dan apa (jasa) saya?!”

Sabar dalam menuntut ilmu
Tatkala beliau pulang dari tempat Abdurrazzaq yang berada di Yaman, ada seseorang yang melihatnya di Makkah dalam keadaan sangat letih dan capai. Lalu ia mengajak bicara, maka Imam Ahmad mengatakan, “Ini lebih ringan dibandingkan faidah yang saya dapatkan dari Abdirrazzak”.

Hati-hati dalam berfatwa:
Zakariya bin Yahya pernah bertanya kepada beliau, “Berapa hadits yang harus dikuasai oleh seseorang hingga bisa menjadi mufti? Apakah cukup seratus ribu hadits? Beliau menjawab, “Tidak cukup”. Hingga akhirnya ia berkata, “Apakah cukup lima ratus ribu hadits?” beliau menjawab. “Saya harap demikian”.

Kelurusan aqidahnya sebagai standar kebenaran
Ahmad bin Ibrahim Ad-Dauruqi mengatakan, “Siapa saja yang kamu ketahui mencela Imam Ahmad maka ragukanlah agamanya”. Sufyan bin Waki’ juga berkata, “Ahmad di sisi kami adalah cobaan, barangsiapa mencela beliau maka dia adalah orang fasik”.

Masa Fitnah:
Pemahaman Jahmiyyah belum berani terang-terangan pada masa khilafah Al Mahdi, Ar-Rasyid dan Al Amin, bahkan Ar-Rasyid pernah mengancam akan membunuh Bisyr bin Ghiyats Al Marisi yang mengatakan bahwa Al Qur’an adalah makhluq. Namun dia terus bersembunyi di masa khilafah Ar-Rasyid, baru setelah beliau wafat, dia menampakkan kebid’ahannya dan menyeru manusia kepada kesesatan ini.

Di masa khilafah Al Ma’mun, orang-orang jahmiyyah berhasil menjadikan paham jahmiyyah sebagai ajaran resmi negara, di antara ajarannya adalah menyatakan bahwa Al Qur’an makhluk. Lalu penguasa pun memaksa seluruh rakyatnya untuk mengatakan bahwa Al Qur’an makhluk, terutama para ulamanya.

Barangsiapa mau menuruti dan tunduk kepada ajaran ini, maka dia selamat dari siksaan dan penderitaan. Bagi yang menolak dan bersikukuh dengan mengatakan bahwa Al Qur’an Kalamullah bukan makhluk maka dia akan mencicipi cambukan dan pukulan serta kurungan penjara.

Karena beratnya siksaan dan parahnya penderitaan banyak ulama yang tidak kuat menahannya yang akhirnya mengucapkan apa yang dituntut oleh penguasa zhalim meski cuma dalam lisan saja. Banyak yang membisiki Imam Ahmad bin Hambal untuk menyembunyikan keyakinannya agar selamat dari segala siksaan dan penderitaan, namun beliau menjawab, “Bagaimana kalian menyikapi hadits “Sesungguhnya orang-orang sebelum Khabbab, yaitu sabda Nabi Muhammad ada yang digergaji kepalanyarkalian namun tidak membuatnya berpaling dari agamanya”. HR. Bukhari 12/281. lalu beliau menegaskan, “Saya tidak peduli dengan kurungan penjara, penjara dan rumahku sama saja”.

Ketegaran dan ketabahan beliau dalam menghadapi cobaan yang menderanya digambarkan oleh Ishaq bin Ibrahim, “Saya belum pernah melihat seorang yang masuk ke penguasa lebih tegar dari Imam Ahmad bin Hambal, kami saat itu di mata penguasa hanya seperti lalat”.

Di saat menghadapi terpaan fitnah yang sangat dahsyat dan deraan siksaan yang luar biasa, beliau masih berpikir jernih dan tidak emosi, tetap mengambil pelajaran meski datang dari orang yang lebih rendah ilmunya. Beliau mengatakan, “Semenjak terjadinya fitnah saya belum pernah mendengar suatu kalimat yang lebih mengesankan dari kalimat yang diucapkan oleh seorang Arab Badui kepadaku, “Wahai Ahmad, jika anda terbunuh karena kebenaran maka anda mati syahid, dan jika anda selamat maka anda hidup mulia”. Maka hatiku bertambah kuat”.

Ahli hadits sekaligus juga Ahli Fiqih
Ibnu ‘Aqil berkata, “Saya pernah mendengar hal yang sangat aneh dari orang-orang bodoh yang mengatakan, “Ahmad bukan ahli fiqih, tetapi hanya ahli hadits saja. Ini adalah puncaknya kebodohan, karena Imam Ahmad memiliki pendapat-pendapat yang didasarkan pada hadits yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia, bahkan beliau lebih unggul dari seniornya”.

Bahkan Imam Adz-Dzahabi berkata, “Demi Allah, beliau dalam fiqih sampai derajat Laits, Malik dan Asy-Syafi’i serta Abu Yusuf. Dalam zuhud dan wara’ beliau menyamai Fudhail dan Ibrahim bin Adham, dalam hafalan beliau setara dengan Syu’bah, Yahya Al Qaththan dan Ibnul Madini. Tetapi orang bodoh tidak mengetahui kadar dirinya, bagaimana mungkin dia mengetahui kadar orang lain!!

Guru-guru Beliau
Imam Ahmad bin Hambal berguru kepada banyak ulama, jumlahnya lebih dari dua ratus delapan puluh yang tersebar di berbagai negeri, seperti di Makkah, Kufah, Bashrah, Baghdad, Yaman dan negeri lainnya. Di antara mereka adalah:

1. Ismail bin Ja’far
2. Abbad bin Abbad Al-Ataky
3. Umari bin Abdillah bin Khalid
4. Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami
5. Imam Asy-Syafi’i.
6. Waki’ bin Jarrah.
7. Ismail bin Ulayyah.
8. Sufyan bin ‘Uyainah
9. Abdurrazaq
10. Ibrahim bin Ma’qil.

Murid-murid Beliau:
Umumnya ahli hadits pernah belajar kepada imam Ahmad bin Hambal, dan belajar kepadanya juga ulama yang pernah menjadi gurunya, yang paling menonjol adalah:
1. Imam Bukhari.
2. Muslim
3. Abu Daud
4. Nasai
5. Tirmidzi
6. Ibnu Majah
7. Imam Asy-Syafi’i. Imam Ahmad juga pernah berguru kepadanya.
8. Putranya, Shalih bin Imam Ahmad bin Hambal
9. Putranya, Abdullah bin Imam Ahmad bin Hambal
10. Keponakannya, Hambal bin Ishaq
11. dan lain-lainnya.

Wafat beliau:
Setelah sakit sembilan hari, beliau Rahimahullah menghembuskan nafas terakhirnya di pagi hari Jum’at bertepatan dengan tanggal dua belas Rabi’ul Awwal 241 H pada umur 77 tahun. Jenazah beliau dihadiri delapan ratus ribu pelayat lelaki dan enam puluh ribu pelayat perempuan.

Karya beliau sangat banyak, di antaranya:
1. Kitab Al Musnad, karya yang paling menakjubkan karena kitab ini memuat lebih dari dua puluh tujuh ribu hadits.
2. Kitab At-Tafsir, namun Adz-Dzahabi mengatakan, “Kitab ini hilang”.
3. Kitab Az-Zuhud
4. Kitab Fadhail Ahlil Bait
5. Kitab Jawabatul Qur’an
6. Kitab Al Imaan
7. Kitab Ar-Radd ‘alal Jahmiyyah
8. Kitab Al Asyribah
9. Kitab Al Faraidh

Terlalu sempit lembaran kertas untuk menampung indahnya kehidupan sang Imam. Sungguh sangat terbatas ungkapan dan uraian untuk bisa memaparkan kilauan cahaya yang memancar dari kemulian jiwanya. Perjalanan hidup orang yang meneladai panutan manusia dengan sempurna, cukuplah itu sebagai cermin bagi kita, yang sering membanggakannya namun jauh darinya.

Dikumpulkan dan diterjemahkan dari kitab Siyar A’lamun Nubala
Karya Al Imam Adz-Dzahabi Rahimahullah

DAUROH DAKWAH #03

0 komentar

AIUUUUUK NGAJIIIIII,....

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
(رواه مسل) Rasulullah sallallahu alaihi wasalam Bersabda: "Barangsiapa yang melalui suatu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan mempermudahkan baginya jalan (menuju) ke syurga." (HR Muslim)

“Dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun terlaknat, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang ‘alim dan penuntut ilmu syar’i.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah. Dalam Shohihul Jami’, Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini hasan)

Siapa bilang tidak Boleh Menasehati dengan hadits dhaif?

0 komentar
Tolong menolong dalam kebaikan, amar ma'ruf nahi munkar, saling menasehati adalah kewajiban bagi setiap muslim yang mempunyai kemampuan.
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." [Al-Ma’idah : 2]
hal demikian (tolong menolong, menasehati), tidaklah dapat terlaksana dengan benar jika kita tidak mengilmui (*baca memahami yaaa) dengan baik sesuatu yang ma'ruf dan yang munkar, begitu juga metode dakwah yang kita gunakan,... jangan2, bisa2 kita berniatnya bagus, tapi berhubung minim ilmu hanya mengandalkan akal dan hawa nafsu, malah ujungnya kita mengakibatkan kesalahan yg lebih parah atau madharat yang lebih besar,...

Fadhilatusy syaikh muhammad bin shalih al Utsaimin -Rahimahullah- dalam kitabnya, Kitabul 'Ilmi (ana banyak sekali mengambil faedahnya dari kitab ini, salahsatunya kitab terj yang berjudul "Panduan Lengkap Menuntut Ilmu, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir").
Beliau ditanya tentang Kitab Tanbihuul Ghafiliin (Kitab nasehat-nasehat).
Beliau -Rahimahullah- menjawab:
" Tanbiihul Ghaafiliin adalah sebuah kitab pelajaran (nasehat) dan umumnya kitabkitab nasehat di dalamnya terkandung hadits Dhaif (lemah), bahkan Maudhu', juga terdapat hikayah hikayah yang tidak benar yang dimaksudkan oleh penulisnya untuk melunakkan hati dan mengundang tangis. Akan tetapi, ini bukanlah cara yang benar, karena nasehat dan pelajaran yang terdapat di dalam kitabullah dan yang shahih dari Rasulullah shalallahu alaihi wassalam sudah cukup.
Tidak Boleh menasehati orang dengan perkara perkara yang tidak benar, baik yang dinisbatkan kepada Rasulullah shalallahu alaihi wassalam atau kepada kaum shalihin yang terkadang berbuat salah dalam ucapan dan amalan yang menjadi madzhab mereka. Di dalam kitab ini, juga terdapat hal yang tidak mengapa, akan tetapi bersamaan dengan itu saya tidak menasihatkan untuk membacanya kecuali seorang yang berilmu dan pemahaman yang mampu membedakan hadits dhaif, shahih dan maudhu"
(kitabul 'Ilmi)

Nha, antum udah paham,.. jadi Siapa yang mengatakan tidak boleh menasehati seseorang dengan hadits dhaif? salah satunya adalah beliau al allamah fadilathusy syaikh muhammad bin shalih al Utsaimin -rahimahullah-.

Wallahul Musta'an

Menuntut Ilmu via Kaset ?

0 komentar
Fadhilatusy syaikh Muhammad bin shalih al Utsaimin ditanya:
" Sebagian penuntut Ilmu merasa cukup dengan mendengarkan Kaset para Ulama dalam proses belajar mereka, maka apakah hal itu sudah cukup dalam mencari ilmu? Apakah mereka bisa dikatakan penuntut ilmu?"

Beliau Menjawab:
" Tidak diragukan bahwa berbagai kaset tersebut memberikan kecukupan bagi mereka ketika mereka tidak bisa hadir k majelis ilmu jika mereka memang meliki alasan untuk tidak hadir. Walaupun demikian, datang kepada para Ulama jelas lebih utama dan lebih memberikan pemahaman yang mendalam, juga memberikan kesempatan untuk berdiskusi, akan tetapi jika mereka memang tidak bisa hadir, maka hal itu sudah cukup bagi mereka.

Kemudian, apakah penuntut ilmu hanya melakukan hal itu?
Ya, mungkin saja jika seseorang berusaha dengan sungguh-sungguh, sebagaimana seseorang bisa menjadi seorang ulama hanya dengan mengambil ilmu dari berbagai kitab, akan tetapi perbendaan mengambil ilmu: dari mendengarkan kaset dan membaca buku, dengan mengambilnya secara langsung dari para ulama lebih dekat kepadanya dari sampainya ilmu itu, karena hal itu merupakan jalan mudah yang memungkinkannya untuk melakukan diskusi, berbeda dengan hanya mendengarkan kaset atau hanya membaca, maka sungguh keduanya memerlukan tenaga yang sangat besardalam menggabungkan berbagai ilmu dan juga dalam mendapatnkannya."
(kitabul 'ilmi)

Mengenai Saya

Foto saya
ana adalah hamba Allah yang masih fakir akan Ilmu,..
Diberdayakan oleh Blogger.